Selama kurun waktu 30 September 2015 – 4 Oktober 2015, Zainal Abidin, Alumni Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), Purwokerto, Jawa Tengah, Angkatan 1987, diundang British Council, United of Kingdom, untuk mengikuti training Active Citizen Enterprise Leaders, di Hotel Russel, Londong, Inggris. Event ini diikuti oleh 55 peserta dari 22 negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Vietnam, Myanmar, Filipina, Hongkong, China, Maroko, Sudan, Pakistan, India, bangladesh, Uganda, Ghana, dan Afrika Selatan, serta Polandia. Seluruh peserta adalah parasocial Entrprise Leader di negaranya masing-masing. “Saya mewakili Institut Kemandirian Dompet Dhuafa, yang setiap tahun mendidik dan memandirikan seribu orang lebih pengangguran di tanah air dari berbagai Propinsi, sehingga dapat bekerja atau berwirausaha dibidang yang diinginkan”, demikian kata Zainal Abidin.

Zainal Abidin, Betawi tulen, akrab dipanggil Jay. Lahir di Jakarta, 20 Oktober 1968. Pendidikan Dasar dan Menengahnya diseleseikan di Jakarta. Selepas SMA, Ia memutuskan melanjutkan pendidikan tingginya di Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman dengan 4 gelar sekaligus yaitu lulus tercepat, lulus termuda, IP tertinggi dan terpopuler. Sebelum lulus, 1991 sempat dinobatkan menjadi Mahasiswa Teladan antar Perguruan Tinggi se-Indonesia.

Sekembalinya dari Melbourne, Australia, dimana ia memperdalam pendidikan di bidang Perdagangan Internasional, sekaligus belajar ilmu kehidupan, Jay memulai karirnya sebagai Konsultan Bisnis. Sebuah situs Islam mengakomodasinya menjadi konsultan dan penjaga gawang Klinik Bisnis selama hampir 5 tahun. Seiring dengan berjalannya waktu, ia mulai menjadi motivator, dan sedikit naik pangkat menjadi inspirator.

Sejak 23 Mei , Jay diberi mandan oleh Dompet Dhuafa, Republika, memimpin Institut Kemandirian, sebuah sekolah masa depan yang memiliki perhatian dalam pengentasan pengangguran dan pemberantasan kemiskinan. Jabatan tidak tanggung-tanggung yaitu REKTOR.

Si Institut Kemandirian, setiap siswa, bisa belajar di sekolah tanpa dipungut biaya, hingga bisa mandiri. Bekerja denga ketrampilan yang dimiliki, juga berwirausaha sendiri. Sampai saat ini, alumninya telah mencapai ribuan orang. Sebagian besar masih bekerja dibidang yang mereka pelajari. Sebagian lagi sudah mulai mandiri dengan berwirausaha. Mereka yang dulu Mustahil, setahap demi setahap sudah berubah menjadi Muzzaki. Selanjutnya, Maret 2011, ia memulai era baru sebagai Direktur Social Entrepreneur Academy, Dompet Dhuafa.

Tidak pede hanya dengan gelar Sarjana Peternakan, sejak 2005 ia menambahkan embel-embel PHD di belakang namanya. Bukan, Philosophy Doctor hasil sekolah S3, tetapi Permanent Head Damage. Kepalanya memang sudah rusak permanen. Pekerjaan sehari-harinya memang merusak isi kepala orang. Belakangan, beberapa kawan sudah mulai menambahkan gelar Prov di depan namanya. Ia memang Provokator. Sudah puluhan orang memutuskan resign dari pekerjaan pada saat seminar berlangsung.

Jay juga seorang penulis buku. Sudah 95 judul bukunya diterbitkan di Indonesia. 11 judul diantaranya, diterbitkan di Negeri Jiran, Malaysia. Ia menulis buku Peternakan, sesuai disiplin ilmunya di Unsoed. Sebagai penulis buku ketrampilan dari airbrush, mengukir telur sampai mengolah kain perca. Juga, mengkompilasi sejarah para sahabat nabi, dan menulis komik, jenis buku terbanyak yang dibuatnya.

Baru-baru ini, Jay menerbitkan sendiri buku tulisannya. Sebab, beberapa penerbit tidak bersedia menerbitkannya. Judulnya, Monyet Aja Bisa Cari Duit! Sarkatis? Ya. Sepertinya bangsa ini sudah kebal dari kata-kata inspirasi. Sudah kebal dari kata-kata motivasi. Mungkin kita butuh teror mental. Itu sebabnya. Ia tidak ingin menjadi Motivator. Jay meninggalkan profesi menjadi Inspirator. Ia mau menjadi Teroris. Bukan dengan cara meletakan bom di badannya, dan meledakkannya di suatu tempat. Ia ingin melakukan teror mental para pengangguran, agar secepatnya mengambil keputusan untuk mandiri. Tidak menggantungkan nasib di tangan Orang Tua, orang lain atau bahkan pemerintah. Jika mereka masih betah menganggur, mohon maafsaja. Ia lebih hormat pada monyet dalam pertunjukan topeng monyet, yang bisa menghasilkan uang sendiri, sekaligus menanggung biaya hidup tuannya.

Buku yang ke 95, bercerita soal guru terbaiknya, seekor kambing. Banyak orang hidup seperti ‘kambing’. Mereka memilih hidup dalam wilayah aman, bebas gangguan binatang buas, dan hanya cukup mengembik jika butuh makanan. Padahal manusia, punya cukup banyak hal, yang  bisa dicapai, lebih daripada kehidupan nyaman seekor kambing. Seperti kehidupan yang dijalaninya. Begitu prestasi tinggi sudah dicapai, lain untuk digarap, demi mencapai kenyamanan baru yang lebih tinggi.

Sejak bulan Juni 2009, Jay memulai karir sebagai Konsultan Sumber Daya Manusia, Departemen Pendidikan Nasional. Tugasnya mengembangkan potensi entrepreneurship di kalangan siswi-siswi SMK. Kini hari-harinya diisi dengan berbagai perjalanan ke luar negeri atau seluruh pelosok negeri, menemui para Kepala Sekolah, guru-guru SMK, para siswi-siswi SMK, serta orang tuanya. Hasil kerjanya sudah mulai terlihat. SMK 1 Kebumen, Jawa Tengah, memiliki satu minimarket dengan nilai penjualan lebih dari 600 juta rupiah perbulan. SMK 1 Subang, Jawa Barat, mencatat omset diatas 300 juta rupiah perbulan. Siswa-siswi SMK sudah tidak malu lagi berjualan. Setiap senin pagi jam 05.00 – 06.00 WIB, dia meneror para pendengar di seantero Indonesia lewat Radio Trijaya 104,6 FM dalam acara “Mutiara Pagi The Power of Life”. Sesekali mengisi acara “Titian Qolbu”, sebuah acara rohani di TV One, yang ditayangkan jam 03.30 – 04.30 WIB.